Senin, 19 Maret 2012

Autumn Kiss Part 1

Aku sekarang mau ngeshare FF ya,Fanfiction.. Judulnya ' Autumn Kiss'
First FF,mian ya kalau typo atau ceritanya ga seru ~ Ini FF nya berpart .__. Selamat baca chingudeul


Hae Ji POV
Aku berkeliling daerah panggung.Dan menghitung properti di belakang panggung.Sekolahku,yaitu WonKyu High School akan mengadakan drama besok.Dan,aku menjadi peran utamanya.Aku berpasangan dengan Lee Sung Jong,kakak kelasku yang banyak digemari angkatanku.Katanya,bibir Sunbaenim ku itu seksi dan badannya proporsional,tapi aku tidak peduli dengan itu.Yang penting,pertunjukan besok harus berhasil.
“ Hae Ji” sapanya.Sung Jong sunbaenim juga ternyata berada di sini.Dia berdiri di sebelahku sambil tersenyum lebar.Ia menyerahkan minuman cola kesukaanku.Aku hanya menatapnya dan membalas senyumnya.
“ Kamsahamnida.” Ucapku sambil membungkuk pelan,dan meminum cola itu dengan cepat.
“ Kau sudah siap untuk drama besok?” tanyanya ramah.Aku hanya mengangguk pelan.
“ Bagaimana kalau kita berlatih sekarang? Mau? “ Lagi-lagi aku hanya mengangguk.
Kami berlatih dengan giat.Dan tertawa bila dialog kami ada yang salah.Sung Jong itu,sunbaenim yang baik hati.Aku baru yakin itu sekarang.

Woo Hyun POV
Aku hanya berusaha bernafas dengan normal.Aku masih terbaring di rumah sakit.Kecelakaan.Seharusnya jam segini kan kakak sudah ada di sampingku.Tapi sekarang tidak ada.Kakakku bernama Park Jae Byung,seorang eonni yang baik hati.Namun,ia sudah meninggal.Karena kecelakaan itu.

Aku berusaha menenangkan diri,pikiran ku masih di penuhi dengan wajah eonni ku itu,yang bisa membuatku menangis sekarang juga.Tapi aku menahan air mataku yang hampir mengalir di pipiku.Aku berusaha tegar,tetap sabar.

“Woo Hyun” tiba-tiba terdengar suara di pintu kamar rumah sakitku.Ternyata,munculah eomma dan appa ku,muka mereka kelihatan khawatir dan ada bekas air mata di pipi mereka.Pastinya mereka sudah melihat kakakku itu,aku bangkit dan bersandar pada kasur rumah sakit.

“Kau baik-baik saja?” tanya eomma.Dan ia langsung memelukku.Hangat,sekarang hangat.Aku hanya menopang wajahku di bahunya,berusaha tidak menangis.

Aku hanya menggangguk pelan,masih tidak sanggup untuk berkata apapun.Aku masih shock.Melihat keadaan eonni ku.Hari ini adalah terakhir kalinya aku melihat senyum di wajah mungil kakakku itu.Bodohnya,air mataku malah mengalir,dasar pabo.

“Kami akan tetap di sini.Sampai kau sembuh dan kami akan mendaftarkanmu di SMA yang baru.” Ujar appa ku sambil tersenyum lembut.Aku menghapus air mataku dengan tisu.Dan aku tersenyum menghibur.      

“Appa,Eomma,aku bisa kok hidup di Korea sendirian,appa dan eomma kembali saja ke New York.” Ucapku tercekat.Suaraku terdengar aneh.Tapi mereka hanya bertatapan dan kembali menatapku.” Tidak,honey.Tidak bisa begitu.” Ucap ibuku sambil menatapku serius.Aku hanya berusaha meyakinkan kedua orang tuaku itu.Dengan banyak alasan.Aku ingin tinggal disini.

“Aku bisa tinggal dengan kekasih eonniku,aku kenal baik dia kok.Dia hyung yang baik hati.” Ujarku meyakinkan.Dan aku langsung berpikir tentang SungJong hyung,bagaimana kalau dia tahu bahwa kekasihnya sudah tiada? Aku tidak mau memberitahunya.Tapi mau bagaimana lagi?

“Baiklah.Hati-hati,honey” ucap eommaku,setelah terdiam beberapa saat.Sambil mengedup dahiku dan memelukku erat.Aku hanya diam,dan appa ku tersenyum padaku dan merangkulku.”Jaga baik-baik dirimu,sayang” ucap appa ku sambil mengedip padaku.Aku hanya tersenyum dan melambai pelan.Aku melakukan ini untuk kebaikan mereka juga.Mereka berkerja untuk negara,tidak bisa terlalu lama berkabung seperti ini.

Aku segera mengambil ponsel dan menghubungi SungJong hyung,memintanya datang ke sini.

SungJong POV

Drama sudah selesai.Tepuk tangan dari penonton sangat meriah.Aku hanya memegang pundak Hae Ji pelan 

“Kau hebat” ujarku sambil tersenyum.Dan dia membalas senyumku.Senyuman mautnya itu,yang bisa membuatku tenang.Tiba-tiba,ponselku berdering nyaring.

“Ya ?! Oh kau Woohyun.. Ya? Kenapa? BENARKAH!? Aku akan segera ke sana! Bye..” Ucapku pada ponsel yang ada di telingaku itu.Hae Ji duduk di sebelahku,dia hanya menatapku sambil tersenyum.

“Aku akan ke rumah sakit.Adik pacarku kecelakaan.Aku ingin melihat keadaan pacarku.Kau mau ikut tidak?” ucap ku cepat pada Hae Ji.Dan dia mengangguk. “Aku ingin tahu seperti apa kekasih oppa” ucap Hae Ji sambil berdiri dan tersenyum.Aku hanya tersenyum hambar.Aku benar-benar khawatir soal kekasihku.Bagaimana keadaannya? Aku hanya bangkit dengan cepat dan memanggil taksi.

“Katanya,Woo Hyun berada di kamar 3424” ucapku pelan pada Hae Ji.Dan dia mengangguk cepat.Dan ini dia kamarnya.Hae Ji membuka pintu perlahan.”Permisi” ujarnya pelan,dan aku mengikuti di belakangnya.
Yang kulihat dia terduduk di kasur rumah sakit.Mukanya kelihatan pucat,dan tangannya di perban.Dia tersenyum lembut.” Kau datang dengan cepat,hyung” ujarnya sambil mengambil minum dengan tangan yang tidak patah.

“Bagaimana keadaanmu? Bagaimana keadaan Jae Byung?” tanyaku langsung.Dia hanya membeku di tempatnya,ada apa sebenarnya? “Aku baik-baik saja” ujarnya langsung.Tapi tidak menjawab pertanyaan keduaku.Aku hanya menelan ludah pelan.

“Bagaimana keadaan Jae Byung? Kau sudah bertemu dengannya?” tanyaku sekali lagi.Dia menatapku pelan.”Hyung..Jae Byung eonnie.. sudah.. tiada..” ucapnya pelan dan terbata-bata, dia memalingkan pandangan dari wajahku.Aku hanya berdiri mematung.Dan yang kurasakan selanjutnya adalah tubuhku bergetar hebat.

“Bagaimana mungkin?Itu,kau bohong kan?Aku yakin kau berbohong.Ayo,jujur padaku.Ja.. Jangan berbohong!” Ucapku tercekat.Aku merasa tidak yakin,benarkah itu? Rasanya,keseimbangan tubuhku menghilang.Aku seperti mau jatuh pingsan.Aku berusaha menarik nafas.Dadaku.. sesak.Tapi,Woo Hyun hanya memandangku dengan tatapan menerawang.”Aku serius,hyung” ujarnya perlahan.Aku segera terduduk di lantai.

Bagaimana mungkin ia pergi begitu cepat? Sudah seminggu ini,aku tidak bertemu dengannya.Aku sangat rindu padanya.Aku hanya berusaha menarik nafas.Sungguh,saat seperti ini rasanya bernafas tidak penting lagi.Hae Ji duduk di sebelahku,dan menepuk bahuku pelan.Dia tersenyum lagi,aku berusaha membalas senyumnya.

“Oh iya.Ada pesan dari eonnie” ujarnya sambil duduk tegak.Aku bangkit lagi dan mengusap mataku.Apakah aku menangis?

“Katanya,jangan lupakan eonni,Jae Byung eonni akan selalu mencintai hyung.Jaga diri hyung baik-baik.Dan carilah cinta yang baru.” Ucap Woo Hyun sambil menatapku dan tersenyum.”Cinta yang baru? Tidak akan ada chagi.” Ucapku tanpa sadar.Rasanya seperti bicara pada diriku sendiri.Dan aku mulai bangkit berdiri.

“Di mana tempat eonni mu berada? Aku ingin menemuinya untuk terakhir kalinya.” Ucapku sambil mendekat ke arah pintu keluar.”Ku dengar dia sudah ada di ruangan jenazah,oppa.” Ujarnya pelan.Aku menelan ludah ku,” Aku ingin bertemu dengannya.Hae Ji,kau di sini dulu ya,nanti oppa ke sini lagi” ujarku dan bergegas pergi.

Aku berlari sangat cepat.Aku sudah tau di mana ruangan jenazah itu berada.Angin lewat di sekitar tubuhku,membuatku memikirkan nya.Dia sudah tiada.. Dia sudah tiada.. Tapi aku tetap mencintainya.Bagaimanapun caranya.Aku sungguh mencintainya.Aku memegang dahiku pelan,apa aku bermimpi? Tubuhku dingin.

“Apakah di sini ada jenazah Jae Byung?” tanyaku pada orang yang sedang memeriksa kaca jendela.”Oh,ada di sana.Akan saya tunjukan.” Ucapnya lalu membimbingku ke sana.Langkahku terasa berat.Mataku menatap sekeliling ruangan itu.Mataku terasa panas sekarang.Air mataku sudah berada di pelupuk mataku.

“Ini” ujarnya sambil membuka kain yang menutup seluruh tubuhnya.Terlihatlah wajah manisnya itu,namun,terlihat pucat dan tidak sehat.Jantungku seperti berhenti bergetar,dan air mataku mengalir perlahan.Aku mengelus pipinya pelan,dan memegang bibir tipisnya.Tapi dia tidak bergerak.Jantungku,lagi-lagi seperti ini.. “saranghae” ucapku perlahan di sela tangisku,dan mengelus rambutnya pelan.

Aku memegang pipinya kembali,berusaha untuk membangunkannya.Tapi ia tetap tidak bergeming,tidak bergerak.Aku berusaha menahan tangisku,tapi tidak bisa juga.Akhirnya,aku menghela nafas pelan.Dan mengambil keputusan terbaik,Jae Byung sudah tiada,dan ia menyuruhku mencari cinta yang baru.Aku mengecup dahinya pelan sebelum meninggalkannya.

Sejujurnya,aku tidak tega meninggalkannya.Aku masih melihat ke belakang,berharap ia berdiri dan berlari ke arahku.Tapi,itu hal mustahil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar